Wanita shalehah merupakan gelar istimewa untuk wanita. Sebuah gelar yang tidak bisa diraih oleh setiap wanita dimuka bumi
ini. wanita shalehah adalah wanita yang sangat diharapkan oleh seorang suami, karena akan menjadi perhiasan dan menjamin kebahagiaan hidupnya. Tidak hanya
itu, orang tua juga ingin anak perempuannya menjadi wanita shalehah yang akan
memunajatkan do’a-do’a ampunan kepada Allah untuknya. Seorang anakpun
mengharapkan ibunya menjadi wanita yang shalehah yang akan mengasuh dan
mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan senantiasa taat kepada Allah SWT.
Kaum kerabat dan masyarakat juga mengharapkan setiap wanita diantara mereka
menjadi shalehah, yang menjamin kehidupan masyarakat yang agamis, tentram dan
damai. Wanita Shalehah adalah wanita yang tergantung ketaatannya pada
aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT, aturan yang bersifat universal, baik itu
untuk wanita yang masih remaja maupun yang sudah menikah.Sungguh amat mulia
wanita shalehah. Wanita shalehah di dunia akan menjadi cahaya penerang bagi keluarganya, dan
berperan melahirkan generasi penuh harapan dan di akhirat ia akan menjadi bidadari
penghuni surga. Kemuliaan wanita shalehah digambarkan oleh Rasulullah SAW,
dalam sabdanya:
الدُّنْيَا
مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
"dunia ini adalah perhiasan,dan sebaik-baik
perhiasan dunia adalah wanita shalehah "
Wanita shalehah yang akan menjadi dambaan adalah
wanita yang taat kepada suaminya. Bagaimana ciri wanita shalehah yang akan
menjadi dambaan suaminya? Berikut penjelasan selengkapnya:
1.
Berkhidmat Kepada
Suami
Salah satu kewajiban seorang istri shalehah adalah
berkhidmat pada suaminya. Seorang suami adalah sosok utama dalam kehidupan
istri yang harus ia hargai dan ia hormati sedemikian rupa. Istri wajib menaati
suaminya, memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, tidak membantahnya bila dilarang,
serta berusaha membuatnya bahagia dan menyenangkannya. Darma bakti seorang
istri untuk suaminya sebagai bukti ketaatan kepada Allah. Ketaatannya kepada
Allah belum sempurna bila ia tidak taat dan berbakti kepada suaminya.
Rasulullah SAW bersabda:
لا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ
"seorang istri belum dikatakan menunaikan
kewajibannya kepada Tuhannya hingga ia menunaikkan kewajiban kepada suaminya.
Jika suami meminta dan menyuruhnya, ia tidak boleh menolaknya walau ia sedang
berada diatas pelana"
Ada sebuah renungan bagi istri-istri muslimah
yang disampaikan oleh seorang ibu kepada anak perempuannya. Pesan ini diambil
dari kitab Syahkshiyatul Mar’ah Al-Muslimah. Disebut bahwa seorang ibu
bernama Umamah binti Harits, seorang ahli bahasa dan Ilmuwan abad kedua
hijriyah, memberikan nasehat kepada putrinya ketika di ambang pernikahan:
"Wahai putriku, seandainya wasiat ini diwariskan untuk
keutamaan dalam akhlak dan kemuliaan dalam keturunan, niscaya ia akan diwarisi
dari dirimu. Tetapi wasiat ini sebagai peringatan bagi orang-orang yang lalai
dan sebagai bahan renungan bagi orang-orang yang berakal.
Wahai putriku, seandainya seorang wanita tidak butuh
kepada suaminya karena kekayaan bapaknya, padahl ia sangat membutuhkan dirinya,
niscaya engkau adalah orang yang paling tidak membutuhkannya. Tetapi
ketahuilah, wanita-wanita itu diciptakan untuk orang laki-laki, sebagaimanan
seorang laki-laki diciptakan untuk wanita".
Wahai putriku, peganglah 10 perangai ini, semoga menjadi
bekal dan pengingat bagimu:
Pertama dan kedua, temanilah dia dengan penuh
kepuasan, pergaulilah dia dengan senantiasa mendengar dan menaatinya. Karena
sesungguhnya dalam kepuasan itu terdapat ketenangan hati dan dalam pendengaran
serta ketaatan itu terletak ridha sang Ilahi.
Ketiga dan keempat, perhatikanlah penciumannya,
sehingga ia selalu mencium bau yang harum dan wangi dari dirimu, dan
perhatikanlah pandangannya, sehingga ia tidak melihatmu sebagai suatu yang
buruk. Sesungguhnya celak merupakan suatu yang baik dari segala yang ada,
sedangkan minyak wangi merupakan suatu yang harum yang paling dicari setiap
orang.
Kelima dan keenam, perhatikanlah waktu makannya, dan
janganlah engkau membuat kegaduhan pada saat ia sedang tertidur. Karena
sesungguhnya perihnya lapar menjadikan nafsu bergejolak, sedangkan kegaduhan
yang mengganggu tidur menyebabkan kemurkaan.
Ketujuh dan kedelapan, jagalah hubungan dan
berlakulah baik pada kerabat dan keluarganya. Dan, jagalah harta kekayaannya,
karena sesungguhnya menjaga harta miliknya merupakan wujud dan penghormatan
yang paling baik. Sedangkan pemeliharaan hubungan terhadap kerabat dan
keluarganya merupakan bentuk pengurusan yang paling baik terhadap dirinya.
Kesembilan dan kesepuluh, janganlah engkau
menyebarluaskan rahasia dan janganlah engkau menentang perintahnya. Karena jika
engkau menyebarluaskan rahasianya maka engkau tidak akan selamat dari
pengkhianatannya. Dan jika engkau menentang perintahnya maka engkau telah
membangkitkan amarah dalam dadanya.
Selanjutnya wahai puteriku, hindarilah kegembiraan
dihadapannya pada saat dia sedang dalam kesedihan dan kesusahan. Dan janganlah
engkau bermuram durja pada saat dia sedang bahagia. Karena kegembiraan pada
saat sedih merupakan kelalaian, sedangkan kemuraman pada saat bahagia adalah perbuatan
yang mengeruhkan suasana. Jadilah engkau orang yang paling mengagungkan
dirinya, maka ia akan menjadi orang yang paling memuliakanmu. Dan jadilah
engkau orang yang paling mendukungnya, niscaya ia akan menjadi langgeng
bersamamu.
Dan, ketahuilah putriku, engkau tidak akan pernah sampai
pada apa yang engkau cintai darinya sehingga engkau mendahulukan keridhaannya
atas keridhaanmu, dan keinginannya atas keinginanmu terhadap hal yang kamu
senangi atau benci. Semoga Allah memberi kebaikan kepadamu dan melindungimu.
2.
Memelihara
Kehormatan diri Dan Harta Suami
Seorang istri wajib memelihara diri dan harta suami dengan
sebaik-baiknya. Seorang istri dapat menjaga kehormatan dan harga diri suaminya
dengan menjaga nama baiknya, tidak mengemukakan aibnya di hadapan orang lain,
tidak menceritakan rahasia berdua kepada orang banyak, dan membelanya apabila
ada yang menghendaki keburukan terjadi pada suaminya. Menjaga dan memelihara
harta suami dapat dilakukan dengan cara merawatnya dengan sebaik-baiknya.
Menjaganya agar tidak rusak atau hilang, tidak memberikan harta suami kepada
orang lain diluar izin dan pengetahuan suaminya, atau menafkahkannya sekalipun.
Seorang istri harus pula menjaga kehormatan dan harga dirinya dalam rangka
menjaga harga diri dan kehormatan suaminya. Yakni dengan cara berbuat baik dan
berlaku santun kepada orang lain, keluarga, atau rekan suaminya. Suka menolong
dan berlaku adil terhadap sesama, menyebarkan benih-benih persaudaraan diantara
yang berselisih, dan menjunjung tinggi kebenaran. Dalam rangka memelihara harga
diri dan kehormatannya, seorang istri diwajibkan memakai busana muslimah,
terutama bila keluar rumah. Anjuran ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ
لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ
جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُورًا رَحِيمًا
"Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS al-Ahzab: 59)
Dalam Hadis Nabi SAW juga bersabda:"Sebaik-baik wanita ialah kalau kamu memandangnya bisa menyenangkanmu, kalau kamu perintah ia mematuhimu, dan kalau kamu pergi ia akan menjaga hartamu dan kehormatannya.” (HR.Thabrani dari Abu Hurairah).
3. Meraih Kasih Sayang
dan Ridha Suami
Selain mengabdi dan bertqwa kepada Allah, tidak ada di dunia
ini yang pantas dilayani dan dikhidmati oleh seorang istri selain suaminya,
karena besarnya hak suami atas dirinya. Sampai-sampai Rasulullah menyampaikan
bahwa jika ia hendak memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada manusia,
tentu ia akan menyuruh istri untuk bersujud kepada suaminya. Nabi Muhammad SAW
bersabda:
”Siapapun wanita yang meninggal dunia dan suaminya ridha kepadanya,
maka ia masuk surga. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ummu Salamah)
Hadits tersebut hendaknya dijadikan filosofi akhlak seorang
istri terhadap suami. Sehingga apapun akan ia lakukan agar suaminya senang dan
ridha kepadanya. Hal-hal yang sekiranya dapat menjengkelkan suami, membuatnya
sedih atau marah, tidak ia lakukan. Untuk itu ia akan bertutur kata lembut,
tidak bersuara keras, menghindari pemilihan kata yang tidak seronoh yang dapat
menyinggung hati suami. Ia menyampaikan berita yang menggembirakan dan tidak
menyampaikan berita yang menyedihkan. Bila harus menyampaikan berita kesedihan
akan dilakukannya pada waktu yang tepat, sehingga tidak menggoncangkan dan
memperkeruh jiwa suaminya.
Jika muncul permasalahan, perselisihan atau pertengkaran
yang menyebabkan kurangnya keharmonisan dalam kehidupan rumah tangganya, maka
segeralah mencari jalan keluar dengan penuh cinta kasih dan bijaksana. Tidak
memperturutkan hawa nafsu dan tidak pula ingin menang sendiri.
D.
Pandai Meringankan
Beban Suami
Hidup tidaklah senantiasa berjalan mulus, problematika kehidupan
kadangkala datang silih berganti. Dari problem kecil hingga yang sangat
kompleks. Adakalanya problem itu mudah dicarikan jalan keluarnya, ada kalanya
yang susah, sehingga menjadi beban psikologis tersendiri bagi suami. Ketika
suami menanggung beban, tidak ada yang lebih tau dan mampu meringankannya
selain istri shalehah. Baik beban psikologis dan materil. Ia memahami perubahan sikap suaminya karena
beban yang ditanggungnya. Dengan suara merdu dan belaian yang mesra serta
menghadirkan suasana yang tenang dan nyaman, ia memberikan dukungan kepada
suaminya menjadi luluh, tenang berada di sisinya. Maka hati yang gundah gulana
berubah menjadi kebahagiaan. Adakalanya suami mempunyai beban berat sehingga berubah sifat
tingkahnya. Seorang istri shalehah tentu sudah mengetahui perilaku suaminya.
Jika ada yang berubah drastis, berarti ada yang sedang tidak beres. Dengan
penuh kelembutan dan kesabaran dipilihnya waktu yang tepat dan cara yang pas
untuk membantu meringankan beban suaminya. Peran seorang istri dalam mendukung
suaminya telah dicontohkan oleh Sayyidatuna Khadijah As. Beliau dengan
penuh kesabaran, kelembutan, senantiasa memotivasi suaminya dalam berdakwah.
Sehingga Rasulullah seperti mempunyai tameng yang setiap saat bisa melindungi
dan menjaganya. Seorang istri shalehah yang rela mengorbankan jiwa dan raga serta
hartanya demi perjuangan suaminya.
0 Komentar